About Sall part-1

Sepenggal Kenangan Tentang Sall

Sall, begitulah panggilan akrab cewek tomboy yang murah senyum ini. Aku, Chika dan Devi mengenalnya sejak tahun 2005. Masih segar dalam ingatanku, malam itu, ditengah gerimis, Sall membunyikan bel masuk di pagar kost. Ketika itu, aku sedang ngobrol dengan cowokku di ruang tamu yang disediakan khusus bagi tamu-tamu para penghuni kost ini. Karena malas berhujan-hujan ria, aku hanya berteriak dari teras ruang tamu memberitahukan letak pengait pintu pagar dan menyuruhnya masuk.

Malam itu, Sall datang dengan backpack besar di punggungnya, mengenakan jaket Skateer dan topi pet hitam. Aku pikir dia cowok. Ketika dia menyapa barulah aku sadar bahwa dia cewek dan sedang cari kamar kost. Malam itu juga, Sall mendapatkan kamar No. 04, bersebelahan dengan kamar Chika (No. 03) dan kamar Fenny (No. 05). Sekedar informasi, kost kami ini terdiri dari 10 kamar, penghuninya cewek semua, ibu kostnya baek banget, udah seperti ibu sendiri buat kami-kami disini. Kehadiran Sall sebagai pendatang baru di kost kami mampu menambah hangat suasana dengan sifat dan sikapnya yang low profile dan humoris.

Sall sangat perhatian dan peduli dengan sesama teman di kost ini. Jangan lupa bawa jaket dan payung lipatnya, itu yang seringkali Sall ucapkan bila berpapasan denganku di pagi hari saat berangkat kerja. Maklum, aku turun naek angkot ke tempat kerjaku. Sementara tunanganku tinggal dan bekerja di kabupaten.

Ketika Sall mendapatkan pekerjaan di kota ini, separoh dari gaji pertamanya ia berikan untuk Nenek Ambit, janda tua sebatang kara, yang berprofesi sebagai tukang tambal kasur kapuk di gang sebelah kost kami. Waktu itu, pulang dari kantor, kebetulan aku dan Sall berbarengan turun dari angkot yang berbeda di depan gang kami. Bukannya melangkah ke arah kost, Sall malah menuju ke gang sebelah. Ketika ku tanya mau kemana, dia malah menggandeng tanganku. Ikut yuuk, temenin aku ke sebelah, ujarnya.

Sore itu, aku terheran-heran, Sall mengajakku ke sebuah rumah (yang lebih mirip poskamling) di ujung gang yang bersebelahan dengan gang kost kami. Dan lebih terheran-heran lagi, ketika melihat Sall begitu akrabnya dengan si empunya rumah, yang diperkenalkan Sall kepadaku sebagai Nenek Ambit. Kapan kenalnya Sall sama nenek ini? pikirku saat itu. Digenggamnya tangan keriput Nenek Ambit, kemudian menyelipkan selembar amplop putih ke tangan perempuan tua itu. Sempat ku dengar bisikan Sall ketika memeluk Nenek Ambit. Buat beli gula kopinya nenek, bisiknya. Mata kedua perempuan di hadapanku ini sama-sama berkaca-kaca, entah apa yang ada di dalam benak mereka masing-masing. Yang pasti, sore itu aku melihat sesosok malaikat tomboy yang berhati putih memberikan kasih sayangnya pada seorang Nenek Ambit yang sebatang kara.

Dalam gerimis Sall datang... Dalam gerimis pula Sall meninggalkan kita...

Segini dulu ya opening dariku, aku ga bisa nerusin lagi, aku kehilangan kata-kata.

Sall, we love you so much... You're the best listener that I've had... (terutama klo aku sedang berantem sama tunanganku).

Big Love for Sall

By : tutu-tata